Jaminan Asuransi untuk Kasus MBG Belum Pasti: BGN Masih Rancang Skema
Setelah mencuatnya kasus keracunan yang diduga terkait produk MBG (Mitra Boga Group), perhatian publik kini beralih pada upaya tanggung jawab perusahaan dan jaminan perlindungan bagi para korban. Dalam hal ini, BGN (Bahana Garda Nusantara), perusahaan yang digandeng untuk penyediaan skema asuransi, menyatakan bahwa skema jaminan asuransi masih dalam tahap penyusunan dan belum bisa dipastikan kapan akan resmi diberlakukan.
Respons Perlahan di Tengah Desakan Publik
Kasus keracunan makanan yang menimpa sejumlah konsumen produk MBG telah memicu keresahan di masyarakat dan menimbulkan sorotan tajam terhadap manajemen risiko perusahaan. BGN yang sebelumnya disebut akan menjadi pihak penyedia asuransi tanggungan untuk kejadian tak terduga seperti ini, kini justru menyatakan bahwa belum ada skema final yang siap diterapkan.
Dalam keterangan pers yang disampaikan kepada media, juru bicara BGN menyebut bahwa pihaknya masih melakukan koordinasi lintas sektor, termasuk dengan pihak MBG, regulator, dan asosiasi asuransi. Proses ini melibatkan evaluasi risiko, struktur tanggungan, serta model pembiayaan premi yang paling sesuai dengan karakter risiko industri makanan cepat saji.
“Kami tidak ingin tergesa-gesa karena skema ini akan menjadi acuan jangka panjang. Fokus kami adalah menciptakan perlindungan yang adil bagi konsumen sekaligus realistis untuk pelaku usaha,” ujar perwakilan BGN.
Belum Ada Kepastian bagi Korban
Sementara itu, korban dan keluarga korban keracunan MBG masih menanti kepastian tanggung jawab, termasuk soal biaya pengobatan dan kompensasi. Beberapa di antara mereka bahkan mengaku harus menanggung biaya rumah sakit sendiri karena belum ada bentuk pertanggungjawaban yang konkret dari perusahaan maupun mitra asuransinya.
Lembaga Perlindungan Konsumen pun turut angkat suara, mendorong agar BGN dan MBG segera memberikan kejelasan, mengingat kasus ini menyangkut keselamatan dan hak dasar konsumen.
“Keterlambatan dalam memastikan skema jaminan bisa memperburuk kepercayaan publik. Korban berhak tahu apa perlindungan yang mereka dapatkan,” ujar Taufik Rahmat, Ketua Yayasan Konsumen Cerdas.
Tantangan Menyusun Skema Asuransi Krisis
Pakar manajemen risiko menilai bahwa menyusun skema jaminan asuransi untuk kasus seperti keracunan massal memang tidak mudah. Tantangan utama ada pada penentuan cakupan risiko, mekanisme klaim, serta pembagian tanggung jawab antara perusahaan makanan, pihak asuransi, dan otoritas pengawas.
Beberapa opsi yang dikaji termasuk parametric insurance (berbasis indikator kejadian), asuransi kesehatan pihak ketiga, atau pengembangan produk asuransi khusus untuk industri makanan dan minuman.
Namun hingga kini, belum ada sinyal pasti kapan skema ini akan rampung dan diberlakukan secara resmi.
Kasus keracunan MBG menjadi pelajaran penting bahwa perlindungan konsumen tak boleh ditunda. Meski BGN tengah menyusun skema jaminan asuransi, ketidakpastian yang berlarut-larut dapat menimbulkan ketidakpercayaan dan krisis reputasi. Konsumen menunggu lebih dari sekadar janji — mereka menanti aksi nyata dan solusi konkret dari seluruh pihak terkait.